Rabu, 02 April 2014
Agama Islam di Jepang
Islam benar-benar akan meliputi ujung timur dan
barat dunia, termasuk ke negeri Jepang. Di Tokyo Camii, atau dikenal juga
Masjid Tokyo, Imam Ensari Yenturk membacakan ayat-ayat Al-Quran mengiringi
kedamaian, para jama'ah termasuk seorang pria Jepang setengah baya, bersujud
menghadap ka'bah.
Tokyo Camiee & Turkish Cultural Center atau dikenal
dengan Masjid Tokyo yang terletak di Shibuya Ward dengan arsitek Utsmani dan
kaligrafi Arab yang indah ini merupakan salah satu masjid bagi komunitas Muslim
di Jepang.
Sekalipun jumlah Muslim di Jepang masih kecil, namun
berkembang pesat. Diperkirakan jumlahnya sekitar 110.000 hingga 120.000,
termasuk sekitar 10.000 Muslim asli Jepang.
Masyarakat Muslim di Jepang, beberapa waktu lalu tersinggung
dengan stigma negatif, ketika polisi menuduh warga Muslim yang teridentifikasi
sebagai "teroris".
Meskipun kesulitan yang dihadapi oleh kaum Muslim di Jepang,
termasuk citra negatif atas Islam dan Muslim terutama setelah 9/11, ditambah
dengan sulitnya menemukan makanan halal, jumlah masjid yang masih sedikit,
namun jumlah umat Islam di negeri matahari terbit itu meningkat dari hari ke
hari.
"Terorisme adalah aktivitas yang tidak diterima
Islam," kata Yenturk yang juga direktur Tokyo Camii, sebuah lembaga yang
berfungsi sebagai pusat budaya Islam.
"Saya sendiri dan banyak umat Islam di Jepang mencintai
negeri ini dan menganggapnya sebagai rumah kami. Mengapa kami menghancurkan
rumah kami sendiri?" tanya Ihsan Bhai, anggota pendiri Islamic Circle of
Japan.
Meskipun Islam dianggap agama terbesar kedua setelah
Kristen, jumlah Muslim Jepang masih kecil dibandingkan dengan di AS, di mana
2.454.000 muslim hidup atau di Inggris di mana sekitar 1.647.000 Muslim,
menurut laporan Pew Research center pada tahun 2009.
Menurut penelitian yang dilakukan Hirofumi Tanada, profesor
ilmu kemanusiaan di Universitas Waseda Tokyo mengatakan, ada 58 masjid di
Jepang pada April 2009, dau lagi baru didirikan baru-baru ini, hingga totalnya
60 masjid.
Selain masjid, menurutnya, terdapat lebih dari 100 mushola
atau tempat-tempat sholat sementara yang tersebar di seluruh negeri.
Tanada menjelaskan, Islam masuk ke Jepang sekitar awal tahun
1920-an, ketika ratusan Muslim Turki beremigrasi dari Rusia setelah Revolusi
Rusia 1917.
Pada akhir 1930-an ada sekitar 1.000 Muslim dari berabagai
asal-usul, kata Tanada. Gelombang berikutnya datang pada 1980-an, ketika
gelombang pekerja migran dari Iran, Pakistan dan Bangladesh datang, secara
signifikan meningkatkan populasi Muslim.
"Saya percaya perhatian masyarakat akan Islam terus
meningkat," kata Tanada.
Tanada yang telah melakukan penelitian terhadap banyak
komunitas Muslim di Jepang, menambahkan, ada beberapa faktor membantu
peningkatan jumlah populasi Muslim di Jepang, termasuk pertukaran mahasiswa di
Jepang dengan universitas lain di beberapa negeri Muslim, disamping migrasi
para pemilik usaha dan pekerja Muslim yang telah menyebarkan Islam.
"Ada banyak orang Islam yang telah menikah dan menetap
dengan keluarga mereka di Jepang, dan mereka ingin memperdalam pertukaran
dengan komunitas mereka. Dan mereka ingin lebih banyak lagi orang memahami
agamanya," tandas Tanada.
Lambat laun dunia akan menyaksikan Islam benar-benar akan
menyinari seluruh pelosok negeri, insya Allah di bawah naungan Khilafah. Paling
tidak hal ini juga diamini oleh salah seorang intelektual Muslim Jepang yang
sudah tak asing lagi di Indonesia, yakni Hasan Ko Nakata.
Di depan seratus ribu peserta Konferensi Khilafah pada 2007
lalu ia berbicara tentang Islam dan Khilafah dalam bahasa Jepang. Ko Nakata
dengan tegas menyatakan "Saatnya Khilafah memimpin dunia!". Semua ini
semakin menambahkan keyakinan bahwa Islam akan meliputi seluruh dunia, termasuk
Jepang, insya Allah di bawah naungan Khilafah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Semoga aja Jepang jadi negara Islam, biar produksi JAV di berhentikan ^_^
Posting Komentar