Rabu, 02 April 2014
Kursi pencari jodoh
Stasiun Kereta Api Jepang Membuat Kursi Tunggu Unik Untuk Pencari Jodoh :
East Japan Railway Company (JR East) membuat tempat duduk yang cukup unik, diperuntukkan bagi mereka yang ingin mencari jodoh. Jepang dikenal sebagai negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup rendah didunia karena gaya hidup mereka yang cenderung terus-menerus dalam dunia kerja. Tempat duduk yang didirikan disepanjang stasiun kereta bagian timur Jepang ini memang terlihat unik. Pembuatnya mengharapkan yang duduk dikursi tersebut bisa saling berdekatan sehingga terpecik suasana romantis, tapi yang saya lihat kok malah bikin pegel ya kalo duduk disitu ?
Gambar
diatas adalah "kursi tunggu romantis" yang ditempatkan baru-baru ini
di stasiun kereta bagian Shikoku (JR Shikoku). Mereka menempatkan dua buah
kursi yang jika diduduki oleh dua orang pasti akan saling berdekatan satu sama
lain karena gravitasi tentunya.
Kursi-kursi tunggu romantis ini dapat ditemui di dua stasiun jalur
JR Shikoku, yaitu stasiun Ekawasaki di Shimontoshi, Prefektur Kochi, dan
Stasiun Tsubojiri di Miyoshi, Prefektur Tokushima. Mungkin sedikit unik dan
kurang kerjaan kayaknya. Pasalnya kedua stasiun tersebut sangatlah sepi dari
penumpang kereta. Daerah Ekawasaki hanya berpopulasi sekitar 1590 orang
sedangkan stasiun Tsubojiri hanya dikunjungi rata-rata dua penumpang setiap
harinya.
Namun jika diperhatikan kedua stasiun tersebut
sepertinya juga cocok untuk para pasangan yang ingin mengenal satu sama lain.
Stasiun terdekat dari Ekawasaki adalah Nishitosamura dengan tingkat temperatur
tercatat paling tinggi sekitar 41 derajat celcius pada agustus tahun lalu.
Mungkin ekawasaki bisa menjadi tempat menghilangkan lelah sekaligus berbincang
di kursi romantis itu. Untuk stasiun Tsubojiri mungkin agak berbeda. Stasiun
ini berlokasi disebuah daerah dari gunung Kochi yang membuat akses transportasi
darat seperti mobil menjadi tidak ada. Kereta yang melaju kestasiun tersebut
akhirnya bergerak sangat lambat dan bisa dipastikan stasiun tersebut sangat
cocok bagi mereka yang mungkin ingin mencari jodoh. :)
Gimana menurut kalian ?
Sepertinya forever alone bakalan ke Jepang dalam 3..2...1...
Tiada UN di Jepang
Tulisan ini dimulai dengan mempertanyakan apakah ada Ujian
Nasional (UN) di Jepang? Jawabannya tidak ada. Kalau pun pernah diadakan tahun
lalu, itu pun sebenarnya sebagai dampak atas gempa bumi dan tsunami tanggal 11
Maret 2011 di Tohoku (Fukushima, Miyagi dan sekitarnya) yang membuat banyak
sekali murid sekolah kehilangan sekolahnya sehingga pendidikan mereka jadi agak
terlantar. Jadi itu sifatnya sementara setelah 42 tahun tak ada UN di Jepang.
Targetnya pun terbatas hanya untuk kelas enam dan kelas 3 SMP. Apakah itu akan
berlanjut? Tidak.
Pendidikan Jepang sama rata di mana pun di Jepang. Pada
dasarnya tidak ada UN karena memang semua sekolah sudah didasari oleh fondasi
kurikulum yang dijaga sangat ketat oleh Kementerian Pendidikan Sains dan
Teknologi Jepang (MEXT).
Pedoman Kurikulum Pendidikan (PKP) yang disebut gakushuu
shido youryou sudah ada dan semua sekolah harus mengacu kepada hal tersebut
yang sudah ditentukan MEXT atau Monbusho.
PKP tersebut wajib diikuti oleh semua sekolah, baik SD, SMP,
SMA, dan sekolah Kejuruan di Jepang, yang memuat isi pendidikan dan detil
pengajaran setiap mata pelajaran. Dapat dikatakan seperti manual book, dan yang
dulu dipakai adalah kurikulum tahun 2002. Mulai tahun 2011 diganti dengan
kurikulum yang baru.
Mengapa diganti? karena kurikulum 2002 yang diberi nama
yutori kyouiku, pendidikan yang sangat memberikan kelegaan sehingga mutu
pendidikan murid-murid jadi menurun. Satu contoh konkret adalah menurunnya
kualitas pendidikan matematika pelajar Jepang yang dulunya sering juara pertama
matematika dunia, kini peringkat menurun drastis.
Pelajaran bahasa Inggris semakin ditekankan agar pelajar
Jepang dapat lebih siap bergaul dengan kalangan internasional. Kebijaksanaan PM
Jepang Shinzo Abe ingin sebanyak mungkin pelajar Jepang pergi belajar atau
internship ke luar negeri sehingga wawasan anak muda Jepang jadi luas nantinya,
wawasan internasional.
Kyoukasho atau buku pelajaran Jepang dibagikan gratis oleh
pemerintah Jepang dengan berbagai perbaikan. Kalau dulu sejarah hitam Jepang
dengan penjajahannya berusaha tidak dimunculkan, kini sejarah Jepang sudah
berisi apa adanya, menuliskan sesuai sejarah di masa lalu.
Pendidikan di Jepang sampai dengan SMP Umumnya mendapat
subsidi uang dari pemerintah sehingga pelajar dapat belajar gratis. Uang untuk
anak kita bukan untuk orangtuanya. Tetapi ditransfer uang ke rekening
orangtuanya, buat uang sekolah, beli makanan, transportasi sekolah dan
sebagainya keperluan si anak.
Ada pula sekolah yang sampai dengan SMA memberikan subsidi
kepada muridnya. Tetapi yang SMA itu tampaknya untuk warga negara Jepang. Hal
subsidi ini khususnya yang SMA masih lebih kepada kebijaksanaan sekolah
masing-masing. Tetapi sampai dengan SMP semua warga negara yang ada di Jepang,
miskin, asal visa sah dan lapor pajak dengan benar di Jepang, anaknya sampai
dengan SMP akan mendapat subsidi.
Ujian masuk sekolah di Jepang memang sangat sulit. Kalau
lulus, umumnya lulus semua, kalau tidak lulus (ryunen) biasanya ada pendidikan
tambahan bagi pelajar tersebut. Pada dasarnya sekolah mau meluluskan semua
murid sampai dengan SMA asal si anak benar-benar belajar dengan baik sesuai
petunjuk sekolah dan pendidikan yang diberikan gurunya. Jadi lulus dapat
dikatakan dengan mudah. Bahkan sampai dengan S3 (tingkat Doktor) pun dapat
lulus dengan mudah asal wajar-wajar saja. Namun masuk sekolah, apalagi masuk
S1, S2 dan S3 sangat sulit sekali di Jepang.
Sehingga ada kegiatan Juken atau semacam bimbel (bimbingan
belajar) di Jepang agar si murid bisa masuk sekolah yang diinginkan dengan
baik. Orangtua murid seringkali berjuang habis-habisan untuk memasukkan anaknya
ke sebuah sekolah (favorit) karena tahu masa depan akan baik. Misalnya masuk ke
Universitas Tokyo (seperti Universitas Indonesia), maka masa depan si anak
biasanya baik. Ini salah satu sekolah impian di Jepang.
Tapi SMA adalah tanggung jawab masing-masing sehingga di
sinilah mulai persaingan dengan kegiatan JUKEN ang harafiahnya mengikuti ujian
masuk, tetapi secara umum merujuk pada kegiatan belajar untuk mempersiapkan
ujian masuk. Dan biasanya murid akan mengikuti pelajaran tambahan di bimbingan
belajar, bimbel (Aku ingat topik ini yang membawaku ke blog Bang Hery Azwan
tahun 2008 lalu).
Ada pula sistem undian atau Chuusen. Murid tertentu bisa
ikut ujian dan lulus lebih awal kalau beruntung terpilih dalam undian. Logika
penulis, mestinya chuusen tersebut dilakukan setelah ujian. Kalau ada yang
tidak lulus, masih dimungkinkan ikut undian sehingga bisa ikut lulus, bisa
masuk sekolah tersebut. Tapi di Jepang justru terbalik. Yang tidak mendapat
undian, yang gagal, tentu tidak bisa ikut ujian dan tak bisa masuk sekolah yang
diinginkan tersebut. Jadi di Jepang masuk sekolah bukan soal uang. Kalau benar
sudah lulus ujian masuk sekolah, sudah diterima, barulah bicara uang masuk
sekolah. Lain kalau di Amerika Serikat, yang penting ada uang, berapa bisa
bayar, walau mahal, pasti bisa masuk sekolah.
Ulangan atau test kecil selalu dilakukan di Jepang untuk
tetap memacu kualitas dan kuantitas belajar sang murid agar kualitas terjaga
baik.
Inilah pendidikan Jepang yang benar-benar menekankan sumber
daya manusia, menekankan pendidikan bagi manusia, terutama sampai dengan SMP
semua orang tak peduli warga Negara diwajibkan sekolah dan uang dari pihak
pemerintah bagi yang miskin. Sangat adil sangat membantu sekali semua yang
berdomisili apalagi warga Negara Jepang sendiri sehingga tingkat pendidikan di
Jepang 90% tinggi dan tidak berbeda jauh. Akibatnya, komunikasi antar manusia
di Jepang berjalan dengan baik karena memiliki tingkat atau level pendidikan
yang tidak berbeda jauh.
Kini ada 10 sekolah Jepang akan datang ke Jakarta hari
Sabtu, 24 Agustus 2013 di Hotel Pullman ex Nikko Hotel Jl Thamrin 59 Jakarta
Pusat mulai pukul 10.00 WIB - hingga pukul 18.00 WIB, semua bisa berkonsultasi
gratis di sana. Datanglah bersama orangtua teman saudara dan kerabat lain.
Manfaatkan kesempatan itu untuk melihat pula budaya Jepang di sana.
wahh.. sepertinya enak juga gak ada UN, haha tapi pusing saat tamat sekolahnya, kalau dianggap keluar dari kandang buaya masuk ke kandang Harimau
Tipe Pria yang disukai Wanita Jepang
Ohayou gozaimasu :)
Kembali lagi dalam artikel yang ditujukan untuk para pemburu cinta wanita Jepang di luar sana(asik...). Artikel kali ini akan membahas apa yang wanita Jepang sukai dan apa yang mereka benci dari pria asing, yang berarti bukan orang Jepang. Hal ini biasanya muncul bagi mereka yang sudah berhubungan seperti sepasang kekasih atau suami istri. Tapi tak ada salahnya kita para single untuk menilik lebih dulu untuk mungkin mengadopsinya dan memperhatikannya kalau-kalau kita sudah mendapatkan seorang wanita Jepang ideal dalam genggaman kita.
Pertama lihat dulu mengapa beberapa kalangan wanita Jepang
tidak menyukai pria Jepang;
Tidak ksatria/gentlemen – 48.3%
Tidak terlihat penyayang – 43%
Tidak punya inisiatif – 24.7%
Tidak pernah memuji kekasihnya di hadapan orang lain – 17.6%
Badannya jelek – 14.5%
Jadi supaya bisa dilirik oleh para kalangan pecinta pria
asing itu, mungkin kita harus memastikan diri kita tidak ada di antara 5
karakteristik itu.
Lalu masuk ke poin utama, apa yang mereka benci dari kita
para pria gaijin?
Yang paling terlihat dan paling utama pastilah masalah
bahasa.
“Lidahku bukan lidah Inggris seperti pacarku. Kadang membuat
frustrasi saat kita tidak bisa menyampaikan dengan tepat apa yang ingin kita
katakan”
Jalan darurat; bahasa tubuh
Berbeda negara juga berarti beda akar rumpun, yang berarti
perbedaan budaya dan standar dalam kehidupan sehari-hari. Bayangkan betapa
sulitnya menyelesaikan masalah dimana masing-masing pihak merasa bahwa apa yang
mereka pertahankan itu benar, hanya karena itulah yang biasanya berlaku di
negara asal kita.
“Suami adikku adalah orang Amerika Selatan, dan kadang
bertengkar gara-gara perbedaan budaya. Sangat sulit untuk dapat membuat
keduanya mengerti alasan mereka bertengkar”
Belum lagi jika kalian sudah tumbuh menjadi kakek dan nenek
yang kaku dan keras kepala
“Semakin waktu berlalu, kami jadi lebih sering bertengkar
karena masalah makanan. Saat kami masih muda, kami bisa makan apa saja. Dan
sekarang saat kami bertambah tua kami jadi semakin rindu akan rasa yang biasa
kami makan saat kami masih kecil. Mungkin inilah salah satu alasan mengapa
pernikahan internasional seperti ini kadang pecah setelah beberapa tahun”
Wah banyak sekali hal yang sulit diterima oleh para wanita
Jepang. Jadi bagaimana ceritanya mereka bisa dekat dengan pria asing? Apa yang
mereka suka?
Salah satunya adalah saat dimana suami mereka aktif membantu
pekerjaan rumah, sesuatu yang menurut mereka jarang sekali mereka lihat dari
pria Jepang
“Suamiku dari Kanada berkata bahwa sudah sepantasnya kalau
ia juga mengerjakan pekerjaan rumah.”
“Saya tidak tahu kalau dia yang rajin atau saya saja yang
malas, tapi saya selalu terkesan dengan bagaimana suamiku yang dari Inggris itu
aktif sekali saat mau ada tamu. Menyedot debu, merapikan rumah sampai mengganti
bunga dalam vas.”
Tapi yang paling sering terlontar dari mulut wanita Jepang
adalah bagaimana para pria asing dapat begitu romantis dibandingkan pria produk
lokal yang sehari-hari mereka temui. Dalam sebuah kultur dimana apresiasi akan
hubungan sangat jarang terlihat antara satu sama lain, hal ini dapat sangat
memikat.
“Pacarku adalah orang Amerika. Kapanpun saat kami mau
mengakhiri percakapan di telepon, ia tak lupa selalu mengucapkan “i love you”
sebelum menutup telepon. Hal itu selalu membuatku terpana”
Berbicara tentang romantis, pasti pria Prancis adalah salah
satu kandidat kuat dalam hal ini. Dan terbukti;
“Di hari liburku, pacarku selalu membuatkanku sarapan dan
membangunkanku dengan kecupan, sambil berucap “Aku tak sabar melihat mata
indahmu…” “
Terasa sangat gombal? Bagi wanita Jepang, tidak! Apalagi
dipakai dalam waktu dan suasana yang tepat. Salah satu rekan saya yang sudah
beberapa tahun tinggal di Jepang juga pernah mengatakan bahwa pria Indonesia
cukup populer di sana, hanya karena mereka sangat perhatian dengan wanita.
“orang Indonesia dianggap sangat gentlemen” katanya. Tapi bukan berarti kalian
bisa dapat pacar hanya dengan berkata ke seorang wanita di pinggir jalan “Hai,
Watashi Indonesia no Otoko desu. Wanna have a ocha together?”
Pada akhirnya, kita akan memacari “orang” dan bukan
“kebangsaan” atau “budaya”. Selalu tunjukkan dirimu apa adanya sehingga resiko
NTRterjaga dalam level minimal!
Sumber: Rocketnews
Perbedaan Hukum di Indonesia dan Jepang
Alm. Satjipto Rahardjo (Prof. Tjip), penggagas Hukum
Progresif di Indonesia, beberapa kali membandingkan hukum Indonesia dan hukum
Jepang di beberapa bukunya. Berangkat dari pemikiran sederhana bahwa Indonesia
dan Jepang memiliki kesamaan dalam hal ‘pencangkokan’ hukum. Keduanya memiliki
budaya hukumnya sendiri hingga kemudian budaya hukum modern diperkenalkan dan
‘dicangkokan’ (transplanted) kepada Indonesia dan Jepang.
readmore »»
Jepang memiliki resistensi yang lebih kuat dibanding
Indonesia terhadap hukum modern. Budaya hukum Jepang masih terasa meskipun
menggunakan hukum modern. Indonesia mengenal hukum modern melalui penjajahan
yang dilakukan Belanda, negara yang sedang dijajah Perancis saat menjajah kita.
Sedikit berbeda dengan Indonesia, sejarah hukum pidana
Jepang lebih beragam mengingat beberapa hukum negara lain pernah dipakai dalam
rangka pembentukan hukum pidana Jepang. Pembabakan hukum asing yang digunakan
di Jepang dapat dibagi menjadi tiga tahapan (Hiroshi Oda. 2009:13). Pertama, di
abad ke-7 dan 8, saat Jepang mengadopsi sistem politik dan hukum Cina yang
berlaku hingga berakhirnya era Shogun Tokugawa (periode Edo, 1603-1868). Kedua,
pada pertengahan abad ke-19 dan awal abad ke-20, pada peralihan dari era Shogun
Tokugawa ke era Meiji (masa dimana Jepang mulai membuka diri terhadap dunia
luar). Pada masa ini hukum Eropa (Perancis dan kemudian Jerman) diadopsi
Jepang. Masa ini adalah masa dimana Revolusi Perancis terjadi, era
industrialisasi yang terjadi di Eropa juga berdampak ke Jepang. Di titik ini
pulalah kita (Indonesia) memiliki pertalian ‘silsilah hukum’ dengan Jepang,
mengingat KUHP (Kitab Undang Undag Hukum Pidana) yang kita gunakan juga berakar
dari Code Penal Perancis. Hingga kini kitab hukum pidana Jepang masih
menggunakan kitab hukum pidana yang diberlakukan sejak 1907, dengan berbagai
perubahan tentunya. Ketiga, pasca perang dunia ke-II, di masa ini Jepang yang
kalah perang dari Amerika nampak ‘dikendalikan’ Amerika. Dalam periode ini
beberapa undang-undang diamandemen atau digantikan dengan didasarkan pada hukum
Amerika. Konstitusi Jepang yang diundangkan 1946 misalnya, mengadopsi
konstitusi Amerika.
Jepang menjadi negara sekuler, memisah tegas ranah agama dan
negara. Ini dipicu oleh anggapan peran kelam agama dalam periode perang Dunia
ke-II. Dalam pandangan agama Shinto, kaisar adalah perwakilan Tuhan, sehingga
jika kaisar menginginkan perang maka rakyat harus patuh, dan keinginan kaisar ini
yang dipercaya Amerika memicu Jepang untuk berkuasa dan menyerang beberapa
negara lain (termasuk Indonesia). Maka agama harus dipisah tegas dari negara.
Ini menjadi latar belakang mengapa negara ini kemudian menjadi negara sekuler.
Sehingga itu pula sebabnya hingga kini agama tidak diajarkan di sekolah-sekolah
negeri di Jepang. Sebelumnya leluhur Jepang banyak menganut Shinto dan Buddha,
saat ini sebagian besar orang Jepang tak begitu percaya pada agama kecuali
hanya sebatas budaya.
Selain konstitusi, jenis hukum lainnya yang dipengaruhi
hukum Amerika adalah Hukum Acara Pidana Jepang yang mengadopsi Hukum Acara
Pidana Amerika. Ini menjadi keunikan tersendiri, sementara Kitab Hukum Pidana
Jepang mengadopsi Perancis/Jerman yang memiliki tradisicivil law/Eropa
Kontinental, Hukum Acara Pidana Jepang mengadopsi Amerika (Common
law/Anglo-Saxon) yang memiliki tradisi hukum yang berbeda dengancivil law.
Budaya Hukum yang Kuat
Dalam konteks sistem hukum, hukum dibagi kedalam tiga
subsistem: substansi hukum, struktur hukum dan budaya hukum. Substansi hukum
berkaitan denganrule of law, aturan materil dan formil dari suatu hukum.
Struktur hukum adalah instrumen struktur penegakan hukum seperti advokat,
kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan. Budaya hukum
adalah nilai-nilai, dan harapan-harapan terhadap hukum. Budaya hukum dibagi
menjadi dua bagian, budaya hukum internal, yakni nilai-nilai hukum yang ada
pada penegak hukum dan budaya hukum eksternal, nilai-nilai hukum yang terdapat
dalam masyarakat.
Pada konteks budaya hukum inilah terdapat kecenderungan
perbedaan yang besar antara Indonesia dan Jepang. Fenomena belakangan ini
mengabarkan pada kita bahwa masyarakat kita cenderung menjadi agresif,
emosional dan bahkan anarkis. Banyak konflik diselesaikan melalui jalur hukum.
Sehingga banyak perkara yang ‘tidak bermutu’ diangkat ke pengadilan. Padahal
dalam ranah ilmu hukum pidana sendiri, hukum pidana dirancang sebagai alat
terakhir penyelesai konflik jika sudah tak ada cara lain yang dapat menyelesaikannya.
Kita mulai terbiasa dengan hukum modern dan melupakan budaya hukum sendiri
seperti musyawarah, untuk mencari solusi bersama (win-win solution). Inilah
kekayaan budaya hukum kita yang mulai luntur. Hakim Agung Artidjo Alkotsar
pernah menulis kelemahan hukum modern dalam memutuskan perkara. Seiring dengan
diputusnya perkara, berakhir pula hubungan sosial kedua pihak yang berperkara
(tergugat-penggugat, pelaku-korban).
Fenomena menarik justru terjadi di Jepang, Prof Tjip pernah
menulis bahwa orang Jepang akan merasa gagal jika perkaranya harus diselesaikan
oleh pengadilan, itu artinya mereka tidak berhasil menyelesaikan masalah dengan
tradisi hukum Jepang. Saya menemukan konsistensi tulisan Prof Tjip dengan para
penulis Jepang dan atmosfer yang saya rasakan sendiri selama di Jepang. Bagi
orang-orang Jepang yang masih menjaga kehormatannya, menggunakan hukum modern
adalah hal yang memalukan, rasa malu inilah yang menjadi kunci dalam peradaban
Jepang. Hukum modern yang diadopsi tidak serta merta membuat Jepang lupa pada
tradisinya. Di Jepang kita akan dengan sangat mudah menemukan kata “sumimasen”
yang bisa berarti permisi, maaf atau terima kasih. Masyarakat Jepang terbiasa
meminta maaf jika melakukan kesalahan. Ada sebuah peristiwa fenomenal di tahun 1982
terkait dengan ini. Sebuah kecelakaan pesawat terjadi di Tokyo. Pesawat milik
Japan Airlines (JAL) dengan rute Fukuoka-Tokyo jatuh di perairan Tokyo.
Sebanyak 24 orang meninggal dunia dan 150 orang luka-luka. Takagi, Presiden
Japan Airlines, kemudian mendatangi nisan korban, para keluarganya, meminta
maaf dan membungkuk dalam-dalam. Tidak hanya itu, perusahaannya juga menjamin
pendidikan anak-anak korban. Tidak ada satupun gugatan peradilan yang diajukan
dalam perkara tersebut. Masih terkait budaya hukum Jepang, sebuah data lagi
mengabarkan bahwa terdapat 2262 kasus tercatat di tahun 1964 di Jepang, dan
hanya 1 kasus yang berlanjut ke pengadilan (Materi presentasi Koji Higashikawa
di Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2012).
Dalam konteks budaya hukum Jepang, pengadilan adalah jalan
terakhir yang ditempuh untuk menyelesaikan perkara. Sebuah sudut pandang lain
berupa hasil survey mengabarkan sebanyak 80% responden menjelaskan bahwa alasan
orang Jepang enggan menggunakan hukum modern adalah masalah waktu dan biaya
(Hiroshi Oda, 2009:5).
The grass is always greener on the other side of the fence,
rumput tetangga lebih hijau, begitu kata pepatah. Ada banyak hal baik di
Jepang. Meski demikian tentu saja tidak semuanya baik di Jepang. Angka bunuh
diri yang tinggi adalah salah satunya. Sekitar 30.000 orang tiap tahunnya
melakukan bunuh diri di Jepang. Tingkat stress di Jepang sangat tinggi, kondisi
ini diperparah dengan budaya Jepang yang secara umum sangat seragam sehingga
tidak terbiasa mengekspresikan diri. Menjadi berbeda dari yang lain tidaklah
umum di Jepang. Sisi gelap lain di Jepang adalah industri pornografi yang
menjamur. Di banyak mini market anda akan menemukan majalah-majalah porno
dipajang bebas. Bahkan di sebuah pertokoan ada outlet buku dan dvd khusus
bertanda 18+. Outlet-outlet ini dilegalkan di Jepang. Meski demikian sebagian
besar teman Jepang saya mengatakan berada di sana atau membelinya merupakan
‘aib’ dan akan malu jika bertemu seseorang yang kita kenal. Di Jepang moral publik
dan moral privat dipisah tegas sementara di kita nampak tak jelas. Pornografi
ilegal di Indonesia, tapi anda masih dapat menemukannya dengan mudah di pasar
gelap. Meski demikian saya percaya kita sedang menuju ke arah yang lebih baik.
Untuk itu kita memerlukan ketidakbaikan, anomali regulasi pornografi,
kasus-kasus kecil yang kurang bermutu, penegakan hukum yang tak jarang
menimbulkan korban salah hukum. Birokrat, legislator dan para penegak hukum
yang nakal dan korup. Kita ‘memerlukan’ mereka untuk menganalisa dalam rangka
menuju masa depan yang lebih baik. Jika kemudian muncul pertanyaan kapan masa
itu akan datang, kita tidak pernah tahu, mungkin pada beberapa generasi
kemudian, tapi paling tidak kita berbuat sesuatu, dimanapun, siapapun dan
apapun itu.
Penulis:
Ferry Fathurokhman, SH., MH.
Mahasiswa Doktor diKanazawa University, Jepang (ahli hukum
pidana, kriminologi dan keadilan restoratif).
Etika dan Sopan Santun
Etika dan Sopan Santun
Walaupun orang jepang terkenal dengan (if you know what I mean)
tetapi mereka juga sangat mempunyai akhlakul karimah (ah bullshit) wkwkwk :v
Pendahuluan
Agama bisa jadi bukan merupakan sesuatu hal yang penting
dinegara tersebut, namun kalau sudah menyangkut tentang etika, sopan santun,
tata krama ataupun basa basi, maka situasinya akan menjadi terbalik, ribet,
rumit, membosankan atau bahkan keterlaluan. Namun suka ataupun tidak suka,
bagian ini harus dipelajari oleh semua orang, bahkan tidak terkecuali untuk
golongan yakuza sekalipun.
Bagaimana dengan orang asing, bukankah bagian ini tidak ada
hubungannya sama sekali ? Benar, khusus untuk orang asing, sebagian besar dari
sopan santun ini tidaklah terlalu penting dan sebagian besar dari mereka bisa
memakluminya atau bahkan terlihat lucu kalau dilanggar. Namun khusus untuk
beberapa bagian tertentu bisa beakibat fatal kalau dilanggar.
Etika dan sopan santun sebetulnya bukanlah hal yang terlalu
susah untuk dipahami ataupun dilaksanakan, karena umumnya hampir sebagian besar
adalah sama saja dan berlaku universal tanpa batas negara. Seelengkapnya adalah
sebagai berikut.
Semoga bermanfaat
Etika Dasar
Bagian ini memuat etika dasar yang sepertinya sudah berlaku
umum dan berlaku di wilayah atau negara mana saja, jadi sepertinya tidak
terlalu susah untuk dilakukan. Perbedaannya mungkin hanya terletak pada istilah
dan bahasa saja. Kata "hallo, thank you atau sorry" sepertinya sudah
lebih dari cukup. Apalagi kalau anda mengucapkannya dengan senyum tersungging
di bibir, maka segala tetek bengek tentang etika sepertinya sudah tidak
diperlukan lagi karena sudah berlaku universal, kecuali saat minta maaf.
Salam
Mengucapkan salam atauAisatsuadalah merupakan bagian awal
dan sekaligus paling dasar dari pelajaran sopan santun. Saat kita belajar
bahasa asing manapun, bagian ini selalu ditempatkan pada pelajaran paling depan
yang sedikit membuktikan batapa pentingnya Aisatsu ini harus dikuasai dan
dilakukan.
Salam bukan hanya penting digunakan untuk situasi resmi,
untuk orang asing atau orang lain, tapi juga digunakan untuk lingkungan teman
dan bahkan keluarga sendiri. Secara umum salam yang paling umum dipakai adalah
kataKonnichiwa,yang artinya kira kira adalahHallo !Jadi kata ini sangat mudah
digunakan terlebih untuk orang asing dan bisa dipakai salam segala kesempatan.
Satu lagi hal menarik menurut saya adalah, salam salam
khusus yang hanya dikenal dalam dunia dagang yaitu,Irrashaimaseyang artinya
kita kira adalah selamat datang. Jadi saat seseorang memasuki restoran, rumah
makan ataupun toko apapun di negara tersebut, pengunjung selalu disambut dengan
salam ini atau bahkan dilakukan secara serempak oleh semua pegawai toko. Contoh
kecil ini mungkin bisa memberikan sedikit gambaran bagaimana pentingnya fungsi
salam bagi budaya mereka.
Jabat tangan
Khusus mengenai jabat tangan adalah satu hal yang perlu
sedikit diperhatikan. Umumnya orang Jepang tidak akan menyentuh orang yang
belum dikenalnya sehingga jabat tangan bukanlah merupakan budaya mereka.
Sebagai gantinya mereka biasanya akan membungkukkan badan yang mungkin telah
Anda ketahui. Dalam hubungan bisnis dan formal bisa jadi bungkukan badan yang
dilakukan akan lebih dalam lagi dan dilakukan selama berkali kali. Kadang bukan
hal yang aneh kalau kebiasaan yang sudah mendarah daging ini kadang dilakukan
juga ketika menerima telephone ! Khusus untuk orang asing, mereka umumnya lebih
toleran dan akan tidak menolak kalau kita mengulurkan tangan untuk berjabatan.
Jadi cara mana yang akan Anda pilih hendaknya disesuaikan dengan situasi.
Terima kasih dan minta maaf
Mengatakan terima kasih dan juga minta maaf tentu bukanlah
hal yang sulit karena kitapun pasti sudah biasa melakukannya. Seperti yang
telah disebutkan di atas, bahasa bukanlah yang terpenting namun ketulusan dalam
mengucapkannya adalah yang paling penting.
Khusus untuk permintaan maaf, sepertinya harus ditulis
dengan sedikit lebih lengkap karena cukup komplek dan sulit dalam bahasa
Jepang. Kalau kita mencarinya di kamus maka kita akan menemukan banyak kata
yang artinya adalah maaf yaitu :Sumimasen, gomen, gomen nasai, moshiwake nai,
moshiwake gozaimasen, owabi o moushi agemasu dll. Kata pertama dipakai sebagai
kata umum dan paling banyak dipakai yang artinya juga kadang berarti
"permisi" ketika menanyakan arah jalan dan sebagainya, jadi cukup
mudah untuk digunakan. Sedangkan dua kata terakhir paling banyak dipakai untuk
situasi formal atau untuk kesalahan yang dianggap lebih serius.
Keseriusan penggunaan kata maaf sangat penting dan tidak
boleh dilakukan dengan setengah hati kadang berakibat panjang, seperti pada
beberapa kasus yang pernah saya jumpai. Pihak yang dianggap kurang serius dalam
meminta maaf diminta untuk mengulang kembali permintaan maafnya dan hal itu
dilakukan di depan umum seperti kasus pelayanan buruk di sebuah rumah makan.
Selain semua kata di atas mungkin Anda pernah juga mendengar kataGomen
Chai,yang umumnya dipakai oleh anak anak. Kemudian ada juga kata lain
yaituShitsurei Shimasuyang artinya adalah "permisi" yang umum kita
dengar pada di lingkungan hotel atau rumah makan, namun kadang dalam kondisi
tertentu juga bisa berarti maaf.
Untuk kasus yang sangat serius, apalagi sampai berujung
kecelakaan fatal atau bahkan kematian, minta maaf dilakukan dengan membungkuk
serendah bahkan tidak jarang sampai bersimpuh di atas lantai atau tanah.. Minta
maaf dengan melakukan bunuh diri sebagai rasa penyesalan tertinggi kadang dianggap
mulia oleh orang Jepang, khususnya di masa lalu. Jadi tulisan bagian terakhir
ini dipakai sebagai gambaran betapa pentingnya arti "minta maaf" bagi
orang Jepang.
Tepat waktu
Tepat waktu adalah suatu yang sangat penting dan berlaku
juga di negara kita walaupun kadang dalam batas toleransi yang berbeda.
Keterlambatan kadang adalah hal yang tidak bisa dihindari jadi memberikan
khabar terlebih dahulu dengan telephone atau lainya adalah hal yang sangat
dianjurkan. Keterlambatan tanpa khabar berati akan membuat rekan kita menjadi
khawatir dan berpikir pada hal yang terburuk seperti kecelakaan, sakit mendadak
dan sebagainya. Membiarkan situasi tidak menyenangkan seperti ini tanpa
pemberitahuan apapun adalah suatu kesalahan besar karena dianggap tidak menghargai
perasaan teman. Sistem transportasi Jepang yang sangat modern membuat alasan
klasik seperti kemacetan lalu lintas, hujan, banjir dan sejenisnya adalah
hampir tidak mungkin. Kebiasaan orang Jepang (umumnya) adalah datang lebih
cepat dari waktu yang disepakati. Dalam hubungan bisnis tentu saja berlaku
aturan yang lebih ketat lagi.
Etika di Tempat Publik
Hampir sama dengan bagian sebelumnya, yaitu salam greeting,
bagian ini juga hampir sebagian besar bersifat umum atau universal. Hanya
beberapa bagian kecil saja yang perlu diperhatikan, karena sepertinya hanya
berlaku di negara Jepang saja.
Berjalan di trotoar
Trotoar umumnya berati sebagai tempat untuk pejalan kaki,
namun di negara tersebut trotoar juga berfungsi sebagai tempat untuk para
pengendara sepeda. Walaupun umumnya terotor di negara tersebut cukup lebar
namun karena banyaknya pengguna, baik para pejalan kaki maupun pengguna sepeda
maka etika sedikit diperlukan khususnya untuk trotoar yang sempit. Berjalan
bergerombol sebaiknya dihindari. Kemudian berpegangan tangan mungkin bukanlah
hal tabu di negara tersebut, namun untuk kondisi tertentu hal itu juga
sebaiknya tidak dilakukan.
Escalator
Berdiri berjejer atau berduaan di escalator, mungkin
merupakan hal bisa dilakukan di negara lain, namun untuk situasi di Jepang, hal
itu tidak umum dilakukan. Sebagian orang (terpaksa) harus terus berjalan atau
berlari walaupun di escalator sekalipun. Jadi semua orang harus menyediakan
sedikit ruang kosong untuk golongan ini. Terlebih lagi di waktu pagi hari atau
di areal stasiun, situasi ini yaitu tidak memenuhi badan escalator adalah
sangat penting.
Memasuki siang hari, situasinya menjadi sedikit longgar
karena saat itu biasanya adalah waktunya para ibu rumah tangga yang mempunyai
banyak waktu lebih dan aturan itu menjadi jauh lebih santai saat kita memasuki
pusat perbelanjaan. Bisa dimaklumi tentu saja karena dimanapun sepertinya
jarang ada orang yang berbelanja dengan tergesa gesa.
Sekali lagi secara tertulis aturan tentang hal ini bisa
dikatakan tidak ada dan juga apakah kita harus berdiri di sebelah kanan atau
kiri escalator juga tidak ada aturan pasti karena tiap daerah biasanya berbeda.
Misalnya daerah Tokyo, kita berdiri sebelah kiri dengan menyisakan ruang kosong
di sebelah kanan, namun daerah lain seperti Osaka misalnya berlaku sebaliknya.
Cara mudahnya adalah mengikuti orang yang ada di depan kita. Yang jelas,
berdiri berjejer ke samping apalagi sampai bermesraan dan pegangan tangan
adalah tidak disarankan.
Memotret
Berkunjung ke negara lain tentu dokumentasi menjadi sangat
penting. Banyak hal menerik yang tidak ingin kita lewatkan begitu saja namun
etika dasarnya hendaknya tetap tidak boleh dilupakan. Memotret di tempat umum
tentu saja tidak dilarang sepanjang yang kita potret adalah diri sendiri,
keramaian, gedung, bangunan (asal jangan di depan bank).
Memotret orang secara langsung apalagi mengarahkan kamera
langsung ke muka orang yang bersangkutan tentu saja sangat tidak pantas.
Memotret dengan mencuri, atau secara diam diam (candid) sepanjang tidak
diketahui oleh yang bersangkutan tentu saja tidak masalah namun urusannya bisa
menjadi besar kalau ketahuan. Jadi meminta ijin terlebih dahulu adalah salah
satu tindakan yang cukup bijak menurut saya. Satu hal yang pasti untuk areal di
dalam supermarket atau tempat belanja photography sepenuhnya adalah dilarang,
walaupun untuk dokumentasi pribadi, sedang di rumah makan biasanya
diperbolehkan dalam batas tertentu. Untuk areal keramaian publik dan tempat
wisata tertentu, penggunakan tripod kadang dilarang.
Kereta api
Memasuki kereta api satu hal yang paling harus diperhatikan
adalah penggunaan telephone, merokok serta makanan dan minuman. Telephone harus
di switch ke mode silent. Merokok, makan dan minum di dalam kereta adalah
dilarang. Untuk dua hal terakhir sepertinya masih bisa ditoleransikan khususnya
pada kereta tertentu khususnya antar kota, bukan pada saat jam sibuk atau
dilakukan dengan sedikit tersembunyi.
Membawa banyak barang atau tas atau koper dalam jumlah
banyak dan besar sebaiknya dihindari dilakukan pada jam sibuk. Hal ini kadang
sedikit susah untuk dihindari khususnya untuk wisatawan pada saat kedatangan
atau keberangkatan. Cara terbaik biasanya dilakukan dengan menunggu jam sibuk
berlalu, berangkat lebih awal atau menggunakan alat transportasi lain seperti
taksi misalnya yang walaupun lebih mahal tapi setidaknya aman dari keluhan
penumpang lainya.
Hal lain yang mungkin sudah Anda ketahui adalah tempat duduk
yang bertanda untuk Priority Seat, yang sebaiknya tidak dipakai karena tempat ini
khusus pada orang tua, sakit, wanita hamil, lanjut usia dan menawarkan tempat
duduk yang kita miliki pada saat yang diperlukan. Bagian terkahir ini adalah
kerelaan saja karena banyak juga orang Jepang yang tidak menjalankannya dengan
pura pura tertidur atau tidak melihat.
Memandang atau menatap tanpa alasan terlebih pada orang yang
tidak dikenal, tentu saja sangat tidak sopan dan hal ini sepertinya berlaku di
mana saja. Namun berkumpul dalam ruangan sempit seperti dalam kereta sepertinya
cukup susah untuk "menempatkan mata" dengan benar. Hal ini sepertinya
di alami juga oleh orang Jepang. Kebanyakan dari mereka biasanya mencoba sibuk
dengan membaca, bermain game di hp, atau membaca sejumlah iklan yang tertempel
di dinding atas kereta kalau Anda dalam posisi berdiri. Sedangkan kalau dalam
posisi beruntung karena mendapat tempat duduk biasanya mereka lebih banyak yang
memejamkan mata berpura pura tidur atau tidur benaran.
Etika Bertamu
Memberi khabar dan salam
Memberi khabar terlebih dahulu adalah hal penting dalam
etika bertamu ke rumah seseorang di Jepang. Anda tidak bisa datang begitu saja
tanpa pemberitahuan. Privasi mungkin adalah alasan pertama, kemudian alasan
kedua adalah karena aktivitas. Besar kemungkinan Anda tidak akan menjumpai
siapapun dalam rumah karena sebagian besar dari mereka beraktivitas diluar
seharian, entah karena kerja atau aktivitas lain.
Saat memasuki rumah orang lain mereka biasanya memberi salam
dengan kalimatOjamashimasusebagai salam pertama yang mungkin berarti permintaan
maaf karena telah merepotkan tuan rumah karena kunjungan kita (Jama=
merepotkan). Pada saat keluar rumah baik untuk rumah sendiri atau rumah orang
lain yang kita tumpangi maka dipakai salamIttekimasu, sedangkan saat pulang
dari memakai salamTadaima.
Sandal atau sepatu harus dilepas
Ini tampaknya tidak terlalu susah bagi kita karena umumnya
juga berlaku di negara kita namun dengan sedikit perkecualian. Kebanyakan rumah
orang Jepang berlantaikan kayu dan beberapa ruangan adalah berlantaikan tikar
rumput(Tatami). Untuk menjaga kebersihan lantai dan juga menghindari kerusakan,
melepas sepatu atau sandal adalah wajib dan menggantinya dengan sandal khusus
dalam rumah. Kalau sandal pengganti tidak ada, atau tuan rumah tidak
menyediakannya, abaikan saja, karena bukan merupakan masalah besar, kecuali
waktu musim dingin, atau kaos kaki anda berlobang pada bagian jarinya.
Biasanya sepatu akan diletakkan dengan ujung menghadap ke
arah pintu (keluar) dengan rapi. Sebagai pihak tamu kita wajib melakukan hal
ini, walaupun mungkin tuan rumah sendiri tidak meletakkannya dengan rapi, namun
minimal ujung sepatu biasanya masih menghadap keluar.
Catatan: Aturan ini kadang berlaku juga ketika memasuki
rumah makan khususnya yang berlantai tatami atau rumput serta untuk tempat
tertentu seperti rumah sakit, klinik, kuil dll.Hal paling mudah untuk
mengindari kesalahan yang fatal adalah menanyakannya terlebih dahulu atau
melihat dengan melihat posisi lantai. Lantai dengan posisi lebih tinggi,
ruangan beralaskan tikar atau kayu, untuk memasukinya dipastikan harus melepas
sepatu ketika memasukinya. Memasuki kantor, ruangan atau rumah berlantai
keramik, ruangan berkarpet kamar hotel bertype western style, sepatau tetap
dipakai.
Duduk di atas tikar atau lantai
Duduk dengan menduduki kaki dan arah kaki menghadap ke
belakang. Ini adalah sikap dan cara duduk yang formal. Untuk situasi tidak
formal, duduk bersila dianggap wajar, namun tidak untuk wanita kecuali untuk
hubungan yang sudah sangat dekat. Duduk gaya jongkok juga, rebahan atau tidur di
lantai bisa dilakukan namun semuanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi
saat itu.
Menggunakan toilet
Jangan masuk toliet dengan sandal rumah. Gunakan sandal
toilet yang sudah tersedia dan hanya dipakai ketika di dalam toilet saja. Hal
ini sedikit susah tampaknya, karena letak toilet yang biasanya di dalam rumah
dan mengganti sandal (lagi) ketika memasuki toilet adalah hal yang sering
terlupakan. Kebiasan orang asing yang tinggal di Jepang pada umumnya adalah
memakai sandal biasa masuk ke dalam ruangan toilet atau lupa melepas sandal
toilet ketika keluar dan tetap memainya jalan jalan di sepanjang rumah.
Tutup kembali tutup jamban, setelah selesai dipakai.
Kebanyakan jamban dilengkapi dengan listrik pemanas yang akan menjaga permukaan
jamban tetap hangat ketika diduduki yang sangat berguna ketika musim dingin.
Membiarkan kloset dalam keadaan terbuka akan sangat berpengaruh ke tagihan
rekening listrik bulan berikutnya. Jadi walaupun kelihatannya sepele tidak ada
salahnya untuk diperhatikan.
Etika Menginap
Di dalam budaya Jepang, menginap di rumah orang, kenalan
atau bahkan saudara kandung sekalipun sangatlah tidak umum dilakukan terlebih
untuk mereka yang sudah berkeluarga dan tinggal di daerah perkotaan. Hal ini
mungkin disebabkan karena kebanyakan orang tinggal di apartment yang sempit,
terdiri dari satu atau dua kamar saja jadi (menurut mereka) hanya cukup untuk
satu atau dua orang. Umumnya pihak tamu lebih suka memilih tinggal di hotel
ataupun penginapan kecil yang bisa ditemukan dengan mudah di berbagai tempat
bahkan untuk desa kecil sekalipun.
Namun walaupun tidak umum, menginap di rumah orang Jepang
bukanlah tidak ada sama sekali yang biasanya disebabkan karena hal khusus
misalnya hubungan relasi yang sudah sangat dekat atau menerima kunjungan orang
asing dalam rangka pertukaran budaya. Khusus untuk bagian terakhir, pihak tamu
umumnya akan menginap di rumah yang "sesungguhnya" atau minimal ada
style tradisionalnya seperti pintu geser dari kertas, lantai rumput tatami dll.
Pihak tuan rumah umumnya pada awalnya akan menyiapkan baju
tidur, seprai dan tempat tidur baru pada pihak tamu. Pada hari terakhir pihak
tamu akan merapikan kembali semua peralatan tersebut, melepas seprai dan alas
bantal dan mencucinya atau minimal menaruhnya di dekat mesin cuci. Kemudaian
pada saat pulang dan telah sampai di rumah maka memberi khabar dengan telephone
atau surat sebagai pemberitahuan bahwa kita sudah tiba di rumah sampai dengan
selamat, adalah wajib dilakukan. Pemberitahuan ini penting karena selain untuk
memberi khabar terakhir, juga dipakai sekali lagi untuk mengucapkan rasa terima
kasih.
Selama menginap, makan, minum dan mungkin juga hal lainya
umumnya adalah merupakan tanggung jawab pihak tuan rumah. Jadi selama menginap,
kita dianggap sebagai bagian dari keluarga. Sebisa mungkin semua aktivitas
termasuk bersih bersih (ringan) dan makan akan dilakukan bersama. Jadi menginap
hanya untuk numpang tidur atau memanfaatkan rumah teman sebagai pengganti hotel
yang mahal, beli dan makan sendiri diluar atau membawanya ke dalam kamar dan
makan tanpa berbagi, tentu saja dianggap tidak sopan. Aturan ini juga berlaku
untuk tuan rumah.
Etika Makan Bersama
Salam Itadakimasu dan gochisosama deshita
Orang jepang biasanya mengucapkanItadakimasusebelum makan
dan gochisosama deshita setelah makan, dengan atau tanpa mencakupkan kedua
tangan di dada. Salam ini diucapkan sebagai ungkapan terimakasih kepada
makanan, kepada petani yang menanam dan membesarkan makanan, ibu atau tukang
masak yang mengolah makanan dan tentu saja sang pencipta. Jadi terima kasih
diucapkan kepada semua mata rantai proses sampai makanan itu terhidang di depan
kita. Ucapan ini adalah wajib khususnya ketika mendapat jamuan makan dari orang
atau rekan lain, sedangkan kalau makan seorang diri sendiri tentu saja etika
ini dan juga semua etika lainya menjadi tidak berlaku.
Note: beberapa rekan beragama lain mengatakan salam ini
haram hukumnya, jadi ada baiknya dikonsultasikan dulu dengan yang lebih tahu.
Menggunakan sumpit
Jangan menancapkan sumpit di dalam cawan nasi. Jangan
menyerahkan makanan secara langsung dari sumpit ke sumpit. Jangan menunjuk atau
mengerakgerakan sumpit ketika berbicara. Jangan meninggalkan sumpit terbenam
dalam kuah atau makanan tapi taruh berjajar di atas piring atau di tempat dudukanannya.
Bila mengambil makanan dalam piring besar, gunakan sumpit dengan ujung terbalik
(batang sumpit) atau sendok yang telah tersedia. Hal ini dilakukan dengan dua
tujuan yaitu ujung sumpit yang telah masuk ke mulut dianggap tidak etis dipakai
mengambil makanan di piring utama. Sedangkan yang kedua, ujung sumpit yang
telah menyentuh makanan tertentu akan mempengaruhi rasa dari makanan lainnya.
Aturan yang sangat membosankan menurut saya.
Berbagi makanan
Makan bukan cuma sebatas urusan perut, tapi juga masalah
kebersamaan, saling peduli. Jangan asik makan sendiri, tapi cobalah bagi
makanan pesanan kita sendiri ke teman makan. Tawarkan mereka beberapa bagian
kecil makan yang kita pegang. Umumnya makanan akan dibagi dengan piring kecil
secara merata, jadi bisa mencoba banyak variasi rasa dalam sekali makan adalah
hal yang sangat disukai oleh kebanyakan orang jepang.. Usakahan menuangkan air
atau teh dari pot besar ke gelas teman makan anda. Untuk jamuan dengan minuman
beralkohol atau bir aturannya lebih ketat lagi yaitu jangan biarkan gelas
pasangan makanan anda sampai kosong ! Segera tuangkan minuman baru kalau isi
gelas parter Anda mulai berkurang. Walaupun anda sendiri tidak minum alkohol,
karena kebetulan bertugas sebagai pengemudi atau sebab lain, aturan ini tetap
perlu sebagai wujud peduli pada situasi lawan.
Menyisakan makanan
Menyisakan makanan adalah sangat tidak sopan bagi orang tuan
rumah atau orang yang menjamu anda. Kebanyakan orang Jepang akan menghabiskan
makanan sampai butir nasi terakhir. Makanan yang tersisa di piring besar, masih
bisa disimpan atau dimakan oleh anggota lain, sedangkan makan sisa dari piring
sendiri akan terbuang percuma. Dimanapun nasi rasanya pasti sama jadi tidak ada
alasan untuk menyisakannya. Makanan lain bisanya diambil dalam porsi kecil dan
ditambah lagi kalau terasa kurang. Dalam lingkungan rumah makan, pelayan atau
tukang masak kadang akan menanyakan ke kita kalau makanan di piring masih
tersisa banyak sedangkan untuk jamuan gaya prasmanan di lingkungan hotel, bisa jadi
mereka akan mengenakan biaya tambahan kalau makanan yang kita ambil masih
tersisa walaupun kasus ini sebenaranya sangat jarang terjadi.
Setelah makan
Setelah makan makan bisanya semua orang terlebih pihak tamu
akan mengucapkanGochiso samadeshitadan kadang disambung dengan
kalimatoishiikatta desu. Ucapan ini terutama yang terakhir yang
artinyamakanannya sangat enak, sepertinya adalah umum dilakukan walaupun bisa
jadi makananannya adalah tidak enak, kurang garam, tanpa rasa karena dimasak
tanpa bumbu dan cabe !
Dalam lingkungan keluarga, orang yang bertugas memasak
biasanya tidak merangkap sebagai pencuci piring. Jadi kalau tukang masaknya
adalah sang ibu, yang bertugas mencuci piring biasanya adalah si bapak, anak
atau anggota keluarga lainnya. Sedangkan pada saat posisi kita adalah sebagai
tamu maka tuan rumah biasanya walaupun dilarang biasanya pihak wanita atau
istri akan bersikeras untuk membantu mencuci peralatan makan. Umumnya ucapan
terima kasih untuk jamuan makan tidak cukup hanya diucapkan sekali saja
sehingga ucapan terima kasih akan diulangi lagi pada pertemuan selanjutnya.
Pembayaran dan bingkisan
Umumnya orang Jepang akan membayar harga makanannya sendiri
sendiri jadi total harga makanan akan dibagi rata sampai jumlah sen terkecil
untuk tiap orang. Biasanya kasir sudah mengetahui apa yang harus dilakukan.
Kalau acara jamuan makan adalah bersifat undangan maka berlaku aturan umum
yaitu pihak pengundang yang akan membayar semua makanannya. Namun biasanya
pihak yang diundang merasa tidak enak kalau hanya datang untuk makan saja jadi
mereka biasanya akan membawa bingkisan kecil sebagai rasa terima kasih.
Bingkisan itu biasanya adalah kue,sakeatau wine kalau kita sudah yakin pihak
pengundang bukan berpantang terhadap alkohol. Jamuan yang dilakukan di rumah,
maka wine akan dibagi dan diminum pada saat jamuan sedangkan untuk jamauan di
rumah makan hal ini tentu saja tidak bisa dilakukan karena aturan (tidak
tertulis) dari rumah makan bisanya melarang membawa makanan atau minuman dari
luar.
Etika Mandi
Mandi pun ada aturannya ? Lha, mau dibilang apa, karena
begitulah kenyataanya. Kalau Anda melakukannya di kamar mandi sendiri tentu
tidak ada aturan apapun yang perlu dijalankan namun kalau tinggal di rumah
keluarga atau mandi di pemandian umum tentu saja ada etika kecil yang harus
diketahui.
Sedikit perlu digaris bawahi disini adalah kata mandi selalu
mengacu pada mandi gaya Jepang atauOfuroyaitu berendam di bak mandi atau kolam
dengan air yang bersuhu sekitar 40% Celcius. Sedang mandi dengan mengguyur air
ke badan dengan shower adalah merupakan mandi gaya barat yang disebut
denganShawa(Shower). Untuk mandi yang terakhir ini biasanya cukup dilakukan di
rumah secara perorangan jadi tentu saja hampir tidak ada aturan apapun yang
perlu diperhatikan.
Mandi di pemandian umum
Sebelum masuk ke kolam atau bak mandi, badan harus
dibersihkan atau diguyur dengan air berkali kali. Selain bertujuan menyesuaikan
suhu badan dengan suhu air kolam juga bermaksud untuk membersihkan keringat
yang ada di badan. Pada saat masuk ke dalam kolam, handuk kecil yang kita bawa
yang berfungsi untuk penutup tubuh, tidak boleh sampai ikut terendam jadi
ditaruh di batu di pinggir kolam atau melipatnya dan menaruhnya di atas kepala.
Bermain air, berenang dalam kolam atau mencuci handuk yang dibawa adalah
dilarang.
Pemandian umum sebetulnya tidak cuma berfungsi sebagai
tempat mendi saja tapi juga sebagai tempat rekreasi, penyembuhan dan tempat
sosialisasi antar atasan dengan bawahan atau antar relasi. Bukan pemandangan
yang aneh kalau sesekali kita melihat seseorang menggosok punggung orang lain.
Biasanya hal ini dilakukan oleh bawahan pada atasannya atau anggota keluarga
yang lebih muda pada anggota yang yang lebih tua.
Mandi di rumah
Satu hal yang paling berbeda antara mandi di pemandian umum
dengan di rumah adalah luas bak mandi untuk berendam yang hanya cukup untuk
satu orang dewasa saja jadi mandi di rumah berarti harus dilakukan secara
bergilir. Aturan standardnya, yang mendapat giliran mandi paling akhir biasanya
bertugas membersihkan dan mengeringkan kamar dan bak mandi, sedangkan orang
yang mandi paling awal bertugas menyiapkan tempat tidur(Futon). Note : Mandi
umumnya dilakukan sebelum tidur. Sedangkan tidur gaya Jepang berarti harus
menyiapkan kasur dan selimut serta melipat dan menyimpannya kembali pagi
harinya.
Karena air yang dipakai di bak kamar mandi umumnya bukanlah
air yang mengalir terus menerus seperti di pemandian umum yang berarti orang
yang mendapat mandi ke dua akan berendam di bak mandi dengan ari yang sama maka
badan harus di cuci sebersih mungkin sebelumnya. Jadi terlebih dahulu kita
harus mandi seperti layaknya mandi biasa memakai shower, menyikat seluruh badan
sebersih mungkin, membilasnya setelah bersih barulah masuk dan berendam di bak
mandi. Jadi bak mandi hanya berfungsi sebagai tempat berendam saja. Terakhir
setelah dirasa badan cukup hangat badan dibilas dengan air bersih atau air
shower sekali lagi dan aktivitas mandi yang disebutOfuroinipun berakhir.
Mengenai urutan, siapa yang mandi paling awal dan siapa
paling akhir tidaklah terlalu penting dan tergantung kesepakatan saja. Umumnya
anak terkecil mendapat giliran paling awal karena harus tidur lebih awal dan
berangkat ke sekolah lebih pagi.
Demikianlah ranguman yang bisa saya buat tentang etika dasar
pergaulan sehari hari orang atau tinggal di Jepang. Etika lainya, kalau
terlewatkan akan saya tambahkan lagi nanti. Tulisan ini dibuat sepenuhnya
berdasarkan pengalaman dan pengamatan belaka yang bisa jadi berbeda dengan
etika yang Anda pelajari. Sekali lagi tidak ada buku resmi yang bisa dijadikan
panduan karena etika itu sendiri merupakan suatu aturan yang tidak tertulis.
Salam
Ditulis oleh : nyoman ardika
Osaka 07 Januari 2007
Diedit kembali tanggal 02 Agustus 2009
Langganan:
Postingan (Atom)